Minggu, 22 September 2024

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) dan Kompetensi Soasial dan Emosional (KSE)

Dalam penelitian tentang Pembelajaran Sosial dan Emosional:

  • Guru yang memiliki kompetensi sosial dan emosional yang baik lebih efektif dan cenderung lebih resilien/tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.
  • Adanya keterkaitan antara kecakapan sosial dan emosional yang diukur ketika TK dan hasil ketika dewasa di bidang pendidikan, pekerjaan, pelanggaran hukum, dan kesehatan mental.

Pembahasan di atas sejalan dengan peran pendidik yang disampaikan Ki Hajar Dewantara. Pendidik adalah penuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pemikiran KHD tersebut mengingatkan bahwa tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi mereka untuk dapat membangun perhatian yang berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna. Kita merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). Pembelajaran holistik yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun anggota masyarakat agar dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkanlah CASEL(Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning)pada tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL tersebut dikembangkan Daniel Goleman bersama sekelompok pendidik, peneliti, dan pendamping anak. PSE berbasis penelitian ini, bertujuan untuk mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah.
Secara lengkap, hasil penelitian tentang manfaat penerapan pembelajaran sosial dan emosional adalah sebagai berikut:

-
Gambar 1. Hasil Pencapaian Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

Dengan mencermati diagram hasil di atas, kita semakin memahami urgensi PSE, yaitu peningkatan kompetensi sosial dan emosional, terciptanya lingkungan belajar yang lebih positif, peningkatan sikap positif dan toleransi murid terhadap dirinya, orang lain dan lingkungan sekolah. Selain itu, PSE di kelas terbukti dapat menghasilkan pencapaian akademik yang lebih baik. PSE memberikan pondasi yang kuat bagi murid untuk dapat sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik, termasuk kesejahteraan psikologis(well-being)secara optimal.

Apa ituWell-being?

Sejak beberapa dekade terakhir,well-being menjadi perhatian para praktisi dan akademisi pendidikan. Apa yang dimaksud denganwell-being?

Well-beingberbeda denganwelfaremeskipun sama-sama diterjemahkan menjadi “kesejahteraan” dalam Bahasa Indonesia.

Menurut kamus Oxford English Dictionary,well-beingdapat diartikan sebagai kondisi nyaman, sehat, dan bahagia.Well-being adalah sebuah kondisi individu yang memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan dirinya dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

Noble and McGrath (2016) menyebutkan bahwawell-beingmurid yang optimal adalahkeadaan emosional yang berkelanjutan(relatif stabil) yang ditandai dengan:sikapdansuasana hatiyang secaraumumpositif,relasiyangpositifdengansesama muriddanguru,resiliensi, optimalisasi diri, dantingkat kepuasan diriyangtinggiberkaitan denganpengalaman belajar merekadi sekolah.

Definisi Pembelajaran Sosial dan Emosional

Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) adalah pembelajaran yang dilakukan secarakolaboratif olehseluruhkomunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkananakdanorang dewasadi sekolah memperoleh dan menerapkanpengetahuan, keterampilan dan sikap positifmengenai aspeksosialdanemosionalagar dapat:

  1. Memahami, menghayati, dan mengelola emosi (kesadaran diri)
  2. Menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri)
  3. Merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial)
  4. Membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi)
  5. Membuat keputusan yang bertanggung jawab. (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab)

Gambar 2 menjelaskan kerangka sistematis dan kolaboratif pembelajaran kompetensi sosial dan emosional CASEL:

  1. Penciptaan lingkungan belajar yang tepat serta terkoordinasi untuk meningkatkan pembelajaran akademik, sosial, dan emosional semua murid
  2. Kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi
  3. Kurikulum dan pembelajaran yang jelas dan bermakna, dan evaluasi secara berkala.


Gambar 2. Pembelajaran Sosial Emosional Kolaboratif Seluruh Komunitas Sekolah CASEL

Kerangka Kompetensi Sosial Emosional (CASEL)

Kerangka Kompetensi Sosial dan Emosional (CASEL)

Definisi

Contoh

Kesadaran Diri:

kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilai-nilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.

  • Dapat menggabungkanidentitas pribadidanidentitas sosial
  • Mengidentifikasikekuatan/aset diridanbudaya
  • Mengidentifikasiemosi-emosidalam diri
  • Menunjukkanintegritasdankejujuran
  • Dapat menghubungkanperasaan, pikiran, dannilai-nilai
  • Menguji dan mempertimbangkanprasangkadanbias
  • Memupukefikasi diri
  • Memilikipola pikir bertumbuh
  • Mengembangkanminatdan menetapkanarah tujuan hidup

Manajemen Diri:kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi

  • Mengelolaemosi diri
  • Mengidentifikasi dan menggunakanstrategi-strategi pengelolaan stres
  • Menunjukkandisiplindanmotivasi diri
  • Merancangtujuan pribadidan bersama
  • Menggunakanketerampilan merancangdanmengorganisir
  • Memperlihatkankeberanian untuk mengambil inisiatif
  • Mendemonstrasikankendali diridan dalamkelompok

Kesadaran Sosial:kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbeda-beda

  • Mempertimbangkanpandangan/pemikiran orang lain
  • Mengakuikemampuan/kekuatan orang lain
  • Mendemonstrasikanempatidanrasa welas kasih
  • Menunjukkankepedulianatasperasaan orang lain
  • Memahami dan mengekspresikanrasa syukur
  • Mengidentifikasi ragamnorma sosial,termasuk dengan norma-norma yang menunjukkan ketidakadilan

Keterampilan Berelasi:kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif

  • Berkomunikasi denganefektif
  • Mengembangkan relasi/hubungan positif
  • Memperlihatkankompetensi kebudayaan
  • Mempraktikkankerjasama timdanpemecahan masalahsecarakolaboratif
  • Dapat melawan tekanan sosialyangnegatif
  • Menunjukkansikap kepemimpinandalamkelompok
  • Mencari dan menawarkanbantuan apabila membutuhkan
  • Turut membelahak-hak orang lain

Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab:kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok

  • Menunjukkanrasa ingin tahudanketerbukaan pikiran
  • Mengidentifikasi/mengenalsolusidari masalah pribadi dan sosial
  • Berlatih membuat keputusan beralasan/masuk akal, setelah menganalisis informasi, data, dan fakta
  • Mengantisipasi danmengevaluasi konsekuensi-konsekuensidari tindakannya
  • Menyadari bahwa keterampilanberpikir kritissangat berguna baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah
  • Merefleksikanperan seseorangdalammemperkenalkan kesejahteraan psikologis(well-being) diri sendiri, keluarga, dan komunitas
  • Mengevaluasidampak/pengaruhdari seseorang, hubungan interpersonal, komunitas, dan kelembagaan

Jika kita analisis lebih lanjut, 5 Kompetensi Sosial dan Emosional yang telah kita bahas berhubungan erat dengan 6 (enam) dimensiProfil Pelajar Pancasila. Sebagai contoh, ketika seorang murid perlu mengeluarkan ide yang baru dan orisinil untuk memecahkan masalah (dimensi kreatif) diperlukan juga kemampuan bernalar kritis untuk melihat permasalahan yang ada. Dalam situasi tersebut, murid tersebut menerapkan kesadaran diri dan manajemen diri.

Selanjutnya, solusi yang dihasilkannya juga perlu mempertimbangkan akhlak kepada makhluk hidup lain yang dapat dimunculkan dari dimensi beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Dalam situasi tersebut, ia menerapkan KSE kesadaran sosial dan keterampilan berelasi. Dalam mewujudkan solusinya, ia pun perlu melibatkan orang lain dengan tetap menghargai keragaman latar belakang yang dimiliki (dimensi gotong royong dan berkebhinekaan global). Dalam tahap ini, ia menerapkan KSE kesadaran sosial, keterampilan relasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan

Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.

Pembelajaran 5 KSE tersebut akan dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan.

Tabel B.2b. Kegiatan Kompetensi Sosial Emosional

No.

Kegiatan

KSE dan Penjelasan

1

Melibatkan murid dalam membuat keyakinan kelas atau peraturan sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman

A picture containing textDescription automatically generated

(Contoh)

  • Kesadaran diri: murid memberikan nilai yang diyakininya berkaitan dengan lingkungan kelas dan sekolah
  • Kesadaran sosial: murid mempertimbangkan pendapat temannya.
  • Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab: belajar membuat keputusan yang beralasan berdasarkanlogikasetelah menganalisis informasi
2

Memberikan kesempatan pada murid untuk membaca buku pilihannya dalam suasana yang kondusif

3

Memberikan kesempatan pada murid untuk merefleksikan proses pembelajaran yang sudah diikuti (Misalnya; apa yang disukai/mudah/menantang/ingin dipelajari lebih lanjut sebelum melanjutkan pembelajaran berikutnya)

4

Mengadakan dialog interaktif tentang bagaimana membangun tanggung jawab/etika dalam penggunaan media sosial

5

Memberikan fleksibilitas pada murid untuk mengerjakan tugas yang pilihannya terlebih dahulu

6

Memberikan kesempatan pada murid untuk mengelola sebuah kegiatan (literasi, seni dan olahraga, dll.)

Kesadaran Penuh (mindfulness) sebagai dasar penguatan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional

Setelah kita sudah membahas Lima Kompetensi Sosial dan Emosional. Selanjutnya kita akan membahas tentang kesadaran penuh (mindfulness). Pentingnyamelatih perhatian murid-muridsebagai kelanjutan dari Pembelajaran Sosial dan Emosional dikemukakan oleh Daniel Goleman,co-founderCASELpada tahun 2017 dalam (https://compassion.emory.edu/SEE-learning.pdf, p.3-4):

Attention is a fundamental skill that impacts all aspects of learning, yet it has been largely neglected as an explicit focus for education. Because it is such an essential element of helping children better manage their inner worlds and enhance learning, training in attention seems an obvious next step for SEL

Goleman melihat kebutuhan mendasar untuk membantu anak-anak dalam mengelola dirinya dan meningkatkan pembelajaran. Melatih kemampuan memperhatikan adalah kelanjutan nyata yang harus dilakukan dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional.

Bapak/Ibu apakah akrab dengan istilah mindfulness? Mungkin ada yang sudah sering mendengar tetapi ada pula yang belum pernah mendengar sama sekali. Sebelum membahas kesadaran penuh (mindfulness) ini secara mendalam, coba kita pikirkan sejenak; apa yang ada dalam kepala kita saat menonton film atau membaca buku kesukaan? Apakah masih dapat mengingat alur ceritanya sampai saat ini? Bagaimana dengan emosi yang muncul saat itu ketika melihat karakter utamanya menangis, mengalami kemalangan, ataupun berbahagia, dan kita turut menangis, berteriak, dan tertawa? Lalu, sebagai seorang pendidik; dalam pertemuan guru rutin saat kepala sekolah maupun guru lain mengemukakan pendapat atau mengumumkan kegiatan sekolah yang akan datang dan kita mendengarkan dengan seksama setiap informasi yang diberikan. Contoh lain adalah ketika mempersiapkan materi pembelajaran, kita memperhatikan alur yang akan dibawakan, langkah untuk mengeksekusi rancangan, dan penilaian. Kemudian pada saat di kelas kita mengamati proses belajar murid: gerak-gerik, raut wajah, bahkan sesederhana cara murid memandang saat materi sedang diberikan.

Pada saat kita mengarahkan sepenuhnya perhatian pada kegiatan yang sedang dilakukan, seperti menonton film, menyimak apa yang sedang dibicarakan, mengobservasi sekeliling kita, mengajar di kelas, mendengar penyampaian informasi dalam pertemuan guru, bahkan membaca modul ini, dan memunculkan rasa ingin tahu apa adanya dengan rasa penghargaan - contoh praktik kesadaran penuh (mindfulness).

Prinsip Kesadaran Penuh (Mindfulness)

Bapak/Ibu CGP, coba mengingat kembali saat kita merasakan beban di pundak, mungkin karena tugas yang menumpuk, sulitnya berkomunikasi dengan pimpinan atau rekan kerja, murid yang mengabaikan kesepakatan yang sudah dibuat. Sebagai guru, skenario demikian tidaklah terelakkan. Kondisi demikian dapat menjadi pemicu munculnya emosi tidak nyaman seperti frustasi, marah, kuatir dan berbagai campuran emosi lainnya yang mungkin tidak dapat kita identifikasi. Emosi-emosi tidak nyaman ini dapat mempengaruhi diri kita secara sadar dan tidak sadar. Penting bagi kita untuk mengambil jeda, menyadari emosi yang tidak nyaman agar tidak membelenggu kita dalam memandang dan merespon orang lain, baik dalam sebuah interaksi, pekerjaan, hingga pada keputusan-keputusan hidup yang diambil

Pada umumnya, seorang manusia dewasa yang tidur kurang lebih 8 jam perhari, memiliki 6000 pikiran dalam sehari (Tseng and Poppenk, 2020). Bayangkan betapa sibuknya pikiran kita. Karena sangat cair, pikiran dapat bergerak ke masa depan dan menimbulkan perasaan khawatir. Pikiran juga dapat bergerak ke masa lalu yang seringkali menimbulkan perasaan menyesal. Pikiran berada dalam situasi terbaiknya jika terfokus pada situasi saat ini dan masa sekarang. Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) dapat membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu.

Kesadaran penuh itu sendiri dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja/sadar pada kondisi saat sekarang. Dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) yang sebenarnya telah ada dalam diri manusia secara alami tanpa perlu diajarkan ataupun ditumbuhkan. Akan tetapi pikiran merupakan bagian diri kita yang seringkali sulit dikendalikan. Sehingga kesadaran penuh yang sebenarnya telah dimiliki secara alami mengalami hambatan untuk benar-benar dialami.

Peran praktik kesadaran penuh (mindfulness) akan sangat terlihat disini. Akan tetapi, perlu diingat bahwa praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu Anda dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Menurut Hawkins (2017), cara yang paling efektif untuk memahami kesadaran penuh (mindfulness) adalah dengan ‘mengalaminya’ sendiri. Bagaimana supaya kita dapat mengalami kesadaran penuh? Jawabannya adalah dengan berlatih.

Pada bagian ini kita akan mengeksplorasi bagaimana praktik-praktik kesadaran penuh memperkuat Kompetensi Kesadaran Sosial (KSE). Anda dapat membaca kembali penjelasan 5 KSE di bagian sebelumnya.

Pada prinsipnya praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang kita lakukan secara sadar. Apapun bentuk aktivitasnya - yang ditekankan adalah perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas tersebut. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas.

New image

Salah satu teknik menyadari dan melatih napas adalah TeknikSTOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.

Selain itu, ada beberapa teknik lain yang dapat disesuaikan dengan kebiasaan dan hobi Anda, seperti:

New image

Sumber:https://bit.ly/gambarmindfulnessatschool

Praktik Kesadaran Penuh Memperkuat 5 Kompetensi Sosial Emosional (KSE)

Ketika Bapak/Ibu hendak mengimplementasikan kompetensi kesadaran diri, manajemen Diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan keputusan yang bertanggung Jawab, praktik kesadaran penuh ini menjadi fondasinya. Mempraktikkan kesadaran penuh membawa fokus kita kembali pada saat ini, yang dimana akan memberikan Anda waktu dan kesempatan untuk mengenal emosi, perasaan, dan pikiran apa adanya, tanpa penilaian dan penghakiman, namun dengan kepedulian. Pengenalan dan penerimaan emosi, perasaan, dan pikiran yang sedang dialami, akan membuat Anda mampu mengidentifikasi cara pengelolaan yang tepat. Indikasi pencapaian kompetensi kesadaran diri dan manajemen diri sudah terlihat.

Selanjutnya, emosi yang telah dikenali, diterima, dan dikelola akan menumbuhkan empati dan pikiran yang terbuka untuk memahami orang lain dan situasi di luar diri Anda dengan sikap yang netral. Hal ini membuka ruang yang luas bagi suatu relasi positif dapat terjalin. Dengan sendirinya, kompetensi kesadaran sosial dan keterampilan berelasi semakin terasah.

Tidak berhenti sampai disitu saja; saat Anda akan mengambil keputusan-keputusan - baik keputusan hidup yang besar, memilih metode pengajaran, merancang kegiatan sekolah, memberi konsekuensi pada murid, dan bentuk-bentuk keputusan lain - dengan kesadaran penuh menjadi dasar bagi Anda membuat rancangan yang akan membawa kebaikan, pertimbangan-pertimbangan berdasarkan nilai moral dan etika, memikirkan konsekuensi, yang dimana Anda akan memiliki rasa bertanggung jawab atas setiap keputusan yang dibuat apapun hasilnya. Melatih dan menumbuhkan kesadaran penuh akan membantu individu untuk lebih terhubung dengan diri dan orang lain. Hal ini akan menjadikannya lebih responsif dalam hubungan interpersonal dan pengambilan keputusan.

New imageGambar 5 memperlihatkan kerangka Pembelajaran Sosial Emosional berbasis kesadaran penuh dalam mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being) yang diadaptasi dari piramida K-For-Catanese (dalam Hawkins, 2017). Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah.

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secarakolaboratif olehseluruhkomunitas sekolahyang memungkinkananakdanpendidik dan tenaga kependidikandi sekolah memperoleh dan menerapkanpengetahuan, keterampilan dan sikap positifmengenai 5 Kompetensi Sosial dan Emosional.

Mulai dari pengajaran secara eksplisit di kelas hingga kemitraan dengan keluarga dan komunitas untuk terus mengupayakan proses kolaboratif dan berkelanjutan. Indikator penerapan KSE dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel D.Indikator Penerapan Pembelajaran Sosial dan Emosional

KELAS

Pengajaran eksplisit:
Secara khusus, muurid memiliki kesempatan untuk menumbuhkan, melatih, dan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan selaras dengan perkembangan budaya yang dimiliki

Pembelajaran akademik yang terintegrasi KSE:
Tujuan Kompetensi Sosial dan Emosional diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, musik, seni, dan pendidikan jasmani

Pelibatan dan Suara murid:
Seluruh warga sekolah menghormati dan meningkatkan berbagai perspektif dan pengalaman murid, dengan melibatkan murid sebagai pemimpin, pemecah masalah, dan pembuat keputusan

SEKOLAH

Iklim kelas dan sekolah yang mendukung:
Lingkungan belajar di seluruh sekolah dan kelas mendukung pengembangan kompetensi sosial dan emosional, responsif secara budaya, dan berfokus pada upaya membangun hubungan dan komunitas

Berfokus pada KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK):
Pendidik dan tenaga kependidikan memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional budaya mereka sendiri, berkolaborasi satu sama lain, membangun hubungan saling percaya, dan memelihara komunitas yang erat

Kebijakan yang mendukung:
Kebijakan dan praktik pendisiplinan dengan instruksi yang jelas, restorative, sesuai dengan perkembangan anak dan diterapkan secara adil

Dukungan terintegrasi yang berkelanjutan:
Pembelajaran sosial dan emosional terintegrasi dengan mulus ke dalam rangkaian dukungan akademik dan perilaku dengan menyediakan kesempatan untuk memastikan semua kebutuhan murid terpenuhi

KELUARGA & KOMUNITAS

Pelibatan kemitraan dengan orangtua:
Keluarga dan Pendidikan dan tenaga kependidikan sekolah memiliki kesempatan yang regular dan bermakna untuk membangun hubungan dan berkolaborasi untuk mendukung perkembangan sosial, emosional dan akademik, murid

Kemitraan dengan komunitas:
Pendidik dan tenaga kependidikan dan mitra masyarakat menyelaraskan istilah, strategi, dan komunikasi yang sama seputar pengupayaan dan inisiatif terkait KSE, termasuk kegiatan di luar sekolah

Terbentuk sistem dalam upayapeningkatan berkelanjutan:
Data implementasi dan artefak dikumpulkan dan digunakan untuk memantau progress menuju tujuan dan terusmeningkatkan semua system, praktik baik, dan kebijakan terkait PSE dengan fokus pada kesetaraan

Tabel di atas menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran sosial dan emosional bukan hanya mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan harus berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan kolaborasi dan gotong royong, keluarga, sekolah, dan komunitas bersama-sama mewujudkan pendidikan yang berkualitas untuk meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan psikologis murid-murid kita.

Secara khusus membahas 4 indikator pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah, yaitu:

  1. Pengajaran eksplisit
  2. Integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik
  3. Penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah
  4. Penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah

Pengajaran Eksplisit

Implementasi PSE dengan pengajaran eksplisit memastikan murid memiliki kesempatan yang konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. Pengajaran eksplisit KSE dapat dilaksanakan dalam bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Pendidik dapat menggunakan berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.

Berikut adalah contoh RPP untuk menggambarkan pengajaran eksplisit 5 KSE. Silahkan cermati dan berikan refleksi Anda setelah mempelajari RPP tersebut.

Contoh RPP Kesadaran diri
Contoh RPPManajemen diri
Contoh RPPKesadaran Sosial
Contoh RPPKeterampilan Berelasi
Contoh RPPPengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab

Integrasi dalam Praktek Mengajar Guru dan Kurikulum Akademik

Untuk mengintegrasikan KSE dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik, tujuan Kompetensi Sosial Emosional dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani.

Berikut adalah contoh RPP TK - SMP yang disusun untuk memberikan gambaran bagaimana integrasi KSE dalam 3 bagian Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), yaitu:

  1. Pembukaan hangat: antara lain dengan memberikan kesempatan pada murid untuk berbicara, mendengarkan aktif, memungkinkan interaksi, menciptakan rasa memiliki, dapat menumbuhkan salah satu kompetensi sosial dan emosional
  2. Kegiatan inti yang melibatkan: antara lain dengan melakukan diskusi akademik, pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek,refleksi diri dan penilaian diri, pemberian suara dan pilihan
  3. Penutupan optimistik: antara lain dengan refleksi, apresiasi, dan cara-cara positif lainnya untuk memperkuat pembelajaran

Contoh RPP TK

Contoh RPP SD

Contoh RPP SMP

Menciptakan Iklim Kelas dan Budaya Sekolah

Indikator ketiga dalam implementasi pembelajaran sosial dan emosional adalah menciptakan iklim kelas dan budaya sekolah.

Salah satu upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, atau dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah. Dalam modul 1.4 kita sudah membahas bagaimana membangun keyakinan kelas dan peraturan sekolah. Di sini kita akan membahas lebih lanjut bagaimana praktik mengajar guru dan gaya interaksi guru dengan murid.

Lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Kualitas relasi guru dan murid yang tercermin dalam sikap saling percaya akan berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan murid dalam pembelajaran. Sikap saling percaya akan menumbuhkan perasaan aman dan nyaman bagi murid dalam mengekspresikan dirinya. murid-murid akan lebih berani bertanya, mencari tahu, berpendapat, mencoba, berkolaborasi sehingga mereka memiliki kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dirinya secara lebih optimal. Selain kualitas relasi guru dan murid, lingkungan kelas yang aman dan positif juga dapat diciptakan melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang dapat merangkul keberagaman dan perbedaan, melibatkan murid, dan menumbuhkan optimisme.

Menurut Sri Wahyaningsih, Pendiri Salam (Sanggar Anak Alam) Yogyakarta, yang diwawancarai September 2021, lingkungan sekolah yang aman dan nyaman adalah lingkungan yang membangun persepsi bahwa setiap orang memiliki potensi yang berbeda-beda dan orang lain adalah mitra, bukan saingan. Tugas pendidik adalah membantu anak-anak menemukan jati diri dan mengembangkan potensinya. Persepsi tersebut akan mendorong kentalnya kolaborasi antar murid, guru, maupun orang tua. “Orang tua akan ikut mendukung teman-teman anaknya, karena tidak dilihat sebagai saingan anaknya. Guru-guru pun menjadi lebih produktif dan suportif, saling mendorong rekan sejawat untuk mengembangkan diri.”

Mari kita tonton video tentang contoh penerapan ketiga indikator pembelajaran sosial dan emosional sehari di kelas dan sekolah berikut ini:

Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional selaras dengan Standar Proses dalam SNP kita. Integrasikan 5 KSE dalam pengajaran eksplisit maupun integrasi dalam konten dan strategi pembelajaran terkait dengan perencanaan proses dan pelaksanaan proses pembelajaran. Refleksi yang dilakukan guru maupun murid mendorong proses penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran.

Penguatan Kompetensi Sosial dan Emosional Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) di Sekolah

Selain dari interaksi dengan teman-temannya, murid-murid kita akan belajar dari interaksi mereka dengan para pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah. Oleh sebab itu, penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah menjadi salah satu indikator penting dalam pembelajaran sosial emosional di sekolah. Pendidik dan tenaga kependidikan perlu memiliki kesempatan secara reguler untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat.

Berikut langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah:New image

1.Memodelkan (menjadi teladan): Mendukung pendidik dan tenaga kependidikan dalam memodelkan kompetensi dan pola pikir di seluruh komunitas sekolah dengan murid, keluarga murid, mitra komunitas, dan satu sama lain. Ini dapat meliputi:
? Menerapkan kompetensi sosial emosional dalam peran dan tugas
? Menciptakan budaya mengapresiasi
? Menunjukkan kepedulian

2.Belajar: pendidik dan tenaga kependidikan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan kompetensi sosial dan emosional. Kegiatan ini dapat meliputi:
? Membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi
? Berkolaborasi di tempat kerja
? Mempelajari kemungkinan adanya bias terkait dengan literasi budaya
? Mengembangkan pola pikir bertumbuh
? Memahami tahapan perkembangan murid
? Meluangkan waktu untuk melakukan self-care (perawatan diri)
? Mengagendakan sesi berbagi praktik baik

3. Berkolaborasi: menciptakan struktur berbentuk komunitas pembelajaran profesional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah strategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah. Kegiatan dapat meliputi:
? Membuat kesepakatan bersama-sama
? Membuat komunitas belajar profesional
? Membuat sistem mentoring rekan sejawat
? Mengintegrasikan kompetensi sosial emosional dalam pelaksanaan rapat guru

Kaitan dengan Standar Nasional Pendidikan

Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa.

Download Contoh RPP yang mengintegrasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE) UNDUH DISINI

Sumber: LMS PGP A9

0 komentar:

Posting Komentar

TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA

SAMISANOV Menjelajah Negeri